Senin, 27 April 2009

Flu babi alias Swine Flu



Flu babi disebabkan oleh Swine Influenza Virus (SIV) yang ditemukan di Meksiko telah menarik perhatian dunia, khususnya World Health Organization (WHO). Dari data terakhir yang diterima, telah ditemukan delapan kasus di Negara Bagian Texas dan California, Amerika Serikat, dan seluruhnya telah dinyatakan Flu Babi, tapi kedelapannya berhasil disembuhkan. Sedangkan di Meksiko, tercatat ada 878 kasus dengan angka kematian mencapai 60 kasus. Flu jenis baru ini telah memakan korban lebih dari 60 nyawa di Meksiko, dari 60 kematian, 20 kematian telah dikonfirmasi adalah Flu babi, sisanya, masih dalam pemeriksaan. Sekolah - sekolah diliburkan dan acara-acara publik dibatalkan gara-gara menyebarnya flu ini. Sejauh ini diperkirakan 1.000 orang telah terjangkit. Pejabat kesehatan global memang belum menyiarkan terjadinya pandemi. Meski begitu, mereka mulai meningkatkan kewaspadaan. Flu ini disebut-sebut merupakan kombinasi antara flu manusia, flu burung, dan flu babi.
Virus ini menyebar dengan sangat cepat. Sejak kasus pertama ditemukan pada Maret lalu, sudah ada temuan kasus yang menular dari manusia ke manusia.
Virus flu babi terdiri dari H1N1, H1N2, H3N1, H3N2. dan yang ditemukan di Amerika dan Mexico adalah H1N1, Flu Babi yang muncul saat ini adalah virus tipe A H1N1. Pemerintah pun menutup museum, perpustakaan, dan gedung teater di penjuru ibu kota Meksiko, Mexico City, serta sejumlah negara bagian, selama satu sehari. Departemen Kesehatan Meksiko menyatakan virus berjenis H1N1 memiliki sejumlah gejala, antara lain demam di atas 39 derajat Celsius, sakit kepala, pegal linu, dan iritasi mata. Pemerintah Meksiko saat ini mewajibkan warganya menggunakan masker penutup hidung sebagai antisipasi penyebaran virus. Sejumlah petugas diturunkan ke jalan untuk membagikan masker tersebut. Warga juga tak dianjurkan berobat ke rumah sakit karena dikhawatirkan rentan terinfeksi. Bahkan, kontak fisik seperti berjabat tangan dan mencium pipi pun dilarang. Di bandar udara setempat, penumpang datang dan pergi diberi brosur berisi peringatan Meksiko tengah dalam bahaya epidemi flu babi. Sampai saat ini belum ada vaksin yang spesifik mampu melindungi tubuh manusia dari flu tersebut.

Dalam mengantisipasi kemungkinan terburuk, WHO telah melakukan pertemuan darurat agar flu babi tidak mewabah ke seantero penjuru dunia. Karena flu babi punya potensi pandemi. Pejabat kesehatan global memang belum menyiarkan terjadinya pandemi. Meski begitu, mereka mulai meningkatkan kewaspadaan. Flu ini disebut-sebut merupakan kombinasi antara flu manusia, flu burung, dan flu babi. Organisasi kesehatan PBB World Health Organization (WHO) memperingatkan flu babi yang menjangkiti Meksiko bisa menyebar ke seluruh dunia. Korban dari virus flu jenis baru ini terus bertambah. Dirjen WHO “Margaret Chan” mengatakan bahwa penyakit tersebut merupakan 'ancaman bagi kesehatan publik yang harus mendapat perhatian internasional.' Artinya, ada risiko penyakit tersebut akan menyebar lintas negara ke seluruh dunia.
Di Indonesia, flu babi belum ada laporannya telah masuk ke Indonesia dan flu ini juga belum pernah ditemukan di Indonesia. Meski demikian Indonesia harus tetap waspada.

II. TENTANG FLU BABI
Kasus kematian akibat flu babi menggemparkan dunia. Apa sebenarnya pemicu virus yang dikenal juga dengan nama Schwein Influenza Virus (SIV) tersebut?
"Pemicunya hampir mirip dengan flu burung. Berasal dari binatang yang demam, batuk dan depresi. virus ini berbeda dengan tipe flu burung. Jika flu burung bertipe H5N1, maka flu babi H1N1. H1N1 mirip dengan flu biasa yang dialami manusia. Ada tiga langkah untuk memastikan apakah seseorang terjangkit Flu Babi atau tidak, yakni VCR, instalasi virus, dan peningkatan antibodi.
Virus H1N1 penyebab Flu Babi dapat menular antar manusia.
"H5N1 tidak sama dengan H1N1, sangat berbeda. Virus ini berdekatan dengan virus flu biasa tipe A. Para ahli masih belum memahami virus H1N1 yang merupakan 'koalisi' antara flu manusia, flu babi, dan flu burung ini. Perkembangan virus ini terjadi dengan cepat. Selama beberapa tahun ini WHO memang telah memperingatkan kemungkinan munculnya virus flu baru yang berpotensi menjadi pandemi dan membunuh jutaan manusia.
Menurut US Center for Disease Control and Prevention, flu ini merupakan campuran dari flu manusia, flu babi, dan flu burung. Dari hasil pengujian diketahui virus tersebut serupa dengan flu babi jenis baru, disebut H1N1, yang berjangkit di Kalifornia dan Texas. Flu babi memang kadang-kadang menjangkiti manusia, tetapi sangat jarang menular ke sesama manusia. Virus berjenis H1N1 memiliki sejumlah gejala – gejala antara lain demam di atas 39 derajat Celsius, sakit kepala, pegal linu, dan iritasi mata.
Menurut ahli penyakit flu burung Dr Michael Osterholm dari University of Minnesota. Mungkin sudah terlambat untuk mencegah masalah ini meluas, flu burung saja dengan cepat menyebar ke seluruh dunia. Jika ini adalah pertanda awal dari sebuah penyakit menular, maka virus ini akan dengan cepat menyebar ke seluruh dunia. Di Mexico City saja, ratusan ribu wisatawan datang dan pergi setiap hari. Tidak ada vaksin yang secara khusus bisa melindungi manusia terhadap flu babi ini. Belum pula diketahui berapa banyak dosis vaksin flu biasa bisa melindungi manusia dari risiko kematian.



III. UPAYA KESIAPSIAGAAN
Departemen Kesehatan (Depkes) melalui Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) ”Prof Tjandra Yoga Aditama” telah berkoordinasi dengan WHO untuk memantau perkembangan dan saat ini telah bersikap waspada untuk mengantisipasi segala kemungkinan. Depkes juga telah melakukan berbagai upaya-upaya antisipasi antara lain sbb :
a. Mengumpulkan data dan kajian ilmiah tentang penyakit tersebut dari berbagai sumber.
b. Mempersiapkan kemungkinan pemeriksaan laboratorium untuk flu babi.
c. Membuat surat edaran tentang Kewaspadaan Dini kepada Dinas Kesehatan dan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) di seluruh Indonesia.
d. Menyelenggarakan rapat koordinasi dengan mengumpulkan seluruh KKP se-Indonesia untuk meningkatkan alertness (kewaspadaan), yang kebetulan sedang kumpul di Makassar guna mengikuti simulasi pandemi flu burung di Makassar.
e. Meningkatkan kewaspadaan terhadap lalu lintas orang.
melalui penyiapan alat Thermal Scanner di tujuh pintu masuk seperti bandara dan pelabuhan besar di Indonesia.
Apabila terjadi hal yang terburuk,misalnya terjadi Pandemi, seperti yang terjadi pada tahun 1968. Saat itu flu 'Hong Kong' menewaskan sekitar 1 juta orang di seluruh dunia. Pemerintah dapat berencana memberlakukan larangan masuk bagi warga kedua negara tersebut/travel ban. Larangan masuk akan diberlakukan jika sudah ada kesepakatan antar negara, termasuk menunggu hasil rekomendasi dari World Health Organization (WHO). Para ilmuwan telah lama mengkhawatirkan bahwa virus flu ini menjadi pandemi yang mematikan di seluruh dunia. Sebuah virus baru dapat berkembang secara berbeda ketika menjangkiti babi, orang, atau burung. Perkembangbiakan virus ini dapat menyebar dengan cepat.


BERITA BARU tentang FLU BABI: Betulkah itu buatan manusia agar Tamiflu laku?

Minggu, 12 April 2009

Taman Wisata Matahari Cisarua (1)

Sunday, April 12 2009, adalah hari terakhir "liburan" panjang, setelah tanggal 9 April adalah Pemilu legislatif, tanggal 10 Hari Paskah yang notabene pastilah tanggalan merah, 11 April hari Sabtu, maka Minggu pasti juga libur.

Setelah perundingan yang alot di atas mobil, maka jadilah keputusan kami akan ke Taman Wisata Matahari! Tempatnya kabarnya di Cisarua. Jadi mulailah Papa mengarahkan mobil dari tol ke arah Puncak. Akhirnya sampai di Jalan Raya Cisarua alias Jalan Raya Puncak. Menurut voucher yang dibeli Papa di kantornya, tertera alamat Jalan Raya Puncak KM 77 , Cilember Bogor. Maka mata kami berkelana mencari plang tandanya.Ada beberapa rambu yang terlihat menunjukkan Taman Wisata Matahari. Tapi Tamannya sendiri mana,yaa? Setelah Km demi Km kami cari, kami lihat ada plang bertuliskan "Taman Wisata Matahari 100m lagi!" dengan tanda panah lurus. Oke deh, kami ke sana. Nggak ketemu juga! Padahal sudah 100 m lebih. Akhirnya daripada malu bertanya sesat di dapur, maka kami bertanya ke pada seorang penjual nasi di warsun. Petunjuknya?" Itu,bu. Luruuus, sebelum Mega Mendung sekira 700 m lagi. Ada belokan ke kiri, kalo ada banyak tukang ojek-tukang ojeknya, nah belok kiri lurus ajah lagi terus"...??? Weleh. ya udah. Untung naik mobil,jadi dari 100 hingga 1000 m pun nggak papa. Apa kami keterusan jadi tidak lihat gerbangnya, yak? Apa pun, sudah begini, ya sudah lanjutkan saja.
Betul saja, ada tukang ojek di sebuah pertigaan dengan plan rambu tulisan Taman Wisata Matahari dengan tanda panah ke kiri. Yo wis, kami ikuti tanda itu. ternyata... jalannya sempit, mak
Lihat gambar yang kuambil ini. Paaas, banget, untuk 2 mobil kiri dan kanan. Keduanya harus mepet-mepet ke pinggir-pinggir supaya tidak menggores body mobil yang disampingnya. Belum lagi kalau ada motor yang berusaha menyalip. Aduh, benar-benar dibutuhkan ketrampilan dan kesabaran dalam berkendara.
Untunglah, mobil kami A140 yang relatif kecil bisa minggir-minggir. Bagaimana kalau kijang besar? Wah, tampaknya harus agak miring ke atas naik gundukan-gundukan tanah atau jalan yang kurang baik. Belum lagi kalau melewati depan rumah penduduk. Bisa mepet pintu depan rumah!! Nggak heran kalau ada yang memasang batu-batu sebesar bayi di depan rumah mereka.
Batu-batu besar di depan rumah penduduk supaya mobil tidak mepet pagar mereka

Akhirnya kami juga melihat banyak orang yang berbondong-bondong searah dengan kami. Mungkin ke TWM juga. Lho, koq banyak yang bawa tiker, rantang, bekal? bahkan bawa tenda kecil!

Akhirnya sampailah kami di suatu tanah yang cukup luas. Ada beberapa orang yang tampaknya penduduk setempat mengatur parkir. Duuh, koq semrawut sih? Mana jalannya cuma ditutupi batu-batuan. Nggak sehat buat mobil seperti merek yang kunaiki ini. (Sekedar cuma referensi,lho..)
Nggak tahu karena jalannya, atau karena kebanyakan minum (kayanya alasan yang ke dua,deh) maka kami jadi giliran ke toilet yang ada di area parkiran itu. Nggak enak parkirnya!
Apa kami salah jalan ya? Soalnya di brosur voucher ada ulasan bisa menampung 200 bus dan ratusan mobil. Wah? yang mana tuh? Sejauh mata memandang, maka cuma area luas kosong yang 'dipaksa' kudu jadi tempat parkir.
Mana gerbangnya? Pak Parkir menunjukkan "ada jalan kecil di samping. Ikutin aja orang-orang ini" ikutin? weleh, iya deh. Belum jauh melangkah, di tengah jalan setapak kecil tampak ada kursi plus tenda untuk menaungi. Dan ada bapak-bapak yang menghadang. "Tiketnya mana, Pak?" Lho? Kapan harus beli tiket? "tanyaku terheran-heran. "Itu di sana di tempat parkir." tunjuk si kakek berbaju merah tadi. So, baliklah anakku ke tempat parkir tadi. Nggak jauh, cuma 50 meter ajah!:P 10 menit menunggu, dengan terengah-engah si Bungsu balik dengan laporan " seribu Pa, untuk uang parkir. "Lho? uang parkir lagi? Maksudnya? Akhirnya aku balik ke tempat parkir dengan si Sulung.






Segera di tempat parkir dekat pagar, kulihat ada sebuah kotak mirip di tempat permainan anak-anak dengan 2 orang di dalamnya. Oh, di situ toh penjualan karcisnya? Jangan bandingkan dengan di tempat yang sudah tertata, seperti di Ancol, ya.

Setelah membayar Rp.2000 untuk sesobek karcis parkir, dan empat sobekan voucher sebesar perangko bertuliskan Gratis TIKET MASUK PINTU GERBANG, maka kami mendapat 4 tiket masuk sebagai gantinya. Sempat kulihat di kaca atas kasir ada selebaran peta Taman Wisata Matahari. Kalau tanpa tiket voucher, maka harga tiket masuk kalau tidak salah Rp. 5000 per orang.

Kembali ke tempat tadi, kulihat si Bapak tadi tersenyum ramah dan hanya melihat ke arah karcis, berkata "empat,ya?" dan mempersilahkan kami lewat. Begitu aja?Bahkan tiketnya pun tidak dikumpulkan.
Ah, entahlah. Mungkin di dalam..

Kami berjalan sepanjang jalan selebar 2m dengan naungan pepohonan labu siam dan semangka melon. Kebetulan sedang pada berbuah, jdi rasanya pengen banget memetik buah-buah yang bergelantungan di atas sepanjang jalan. Di kiri kanan ada counter pedagang menjajakan kain, baju, pernak-pernik perhiasan imitasi, boneka, topi, dan lainnya. Sayang masih tahap renovasi, jadi kesan berantakan tampak skali. Tapi memang kesan dan ide tentang walking-along-under-the -watermelon-bush harus diakui sangat menyenangkan. Walau terlihat hamparan sawah yang rusak di kiri kanan kita, tapi suasananya cukup teduh dan kami tidak kebasahan karena ada atap plastik di atas naungan labu siam bush itu.
Di ujung jalan ada suatu ruangan berdinding kaca. Aroma harum roti yang sedang dibakar menyeruak ke udara. Hmmm.. Oh, ini toh, roti unyil yang katanya Rp.1000 dapat 3 itu? Kami masuk dan menanyakan. Lumayan buat bekal. Tapi kata pembakar rotinya "habis, mbak. Yang lainnya lagi aja? " kulihat sekitar.. ada oven-oven berisi kue-kue hangat harum. Tulisan karton di sebelahnya menjelaskan. Roti blueberry, cokelat, kacang, sosis." Ah, nanti saja. Aku kepincut pengen roti unyil. Apalagi di voucherku ada "Beli Rp.1000 Dapat 5" min.pembelian Rp.5.000. hehe.

Roti-roti blueberry..siap masuk oven

Sesampai di ujung lorong, kita melihat suatu lapangan (lagi!), dengan toko tanaman hias dan counter-counter penjual asesories dan satu box penjualan tiket.
Rupanya bila kita ingin muter-muter, maka ada seperti mobil wara-wiri yang akan mengantar kita. Tiket satu orang Rp.5.000.

Menurut brosur, fasilitas permainan yang ada cukup banyak untuk membuat pengunjung betah berlama-lama di Taman Wisata Matahari , antara lain: fasilitas akomodasi untuk menginap berupa Villa, camping Ground, Kolam Renang, Program Outbound (Team/Character Building, Outbound for Kids, Adventure, dll), Agrowisata,Jogging Track, Kolam Pemancingan, Permainan Air (Bumper Boat, Sepeda Air, Sampan, Speedboat),Kuda Tunggang, ATV & Motor Cross Track, Children playground, jalan-jalan menyusuri sawah dan sungai. Wah, asyiiik..
Tapi, sabar ya.. aku ulas di halaman lain blog ini juga. See ya
TBC.. (To be Continued)









































Sabtu, 11 April 2009

Tata's Rib and Konro

Es Pisang Ijo

Saturday, April the 4th ,
Today we really like to swim. Since my hubby had a kind of voucher of visiting Waterbom in Cikarang, we prepared and packed our swimming stuff. Hmm, Waterbom, here we come!!

On the way, when we were in Jalan K.H. Abdullah Syafi’ie, suddenly, my sons’ father pulled over to a place look like a man crossing bridge, or is it? A bit surprised, we took a look and saw an open-aired dining place with wood as its building materials. It happened to be a restaurant!! My hubby said we were about to have lunch there. Since he was from Makassar for his duty, so he would like us to taste Makassar’s food as well. Hmm, why not? I like rib and Konro.

He also told us that there are three Daeng Tata restaurants on the same road so we can pick whichever suits us the most. The first one is an open-aired dining place with wood as its building materials. Here we are now. The second is right across the street from the first one, and the third is just around 10 metres from the second one. The restaurant’s signs are quite eye-catching so it’s not very likely we will miss them. Haji Maming, who founded the restaurant in 1993, was used to greet and ask the customers dining there if they found the food to be satisfying enough. Yet I don’t know whether he is still alive or not today. Sorry, sir :D

On the table, you can see some otak-otak and kue hijau, a nice and tasty with sweet coconut grind in it. Yummy ^_^. I think they are for you while you are about to wait for the menu you asked to be served.


Sop Konro, or the Konro Soup, is the favourite menu here. The first thing you’ll notice is that inside that big bowl of soup, smiling at you is two gigantic ribs , with bones sticking out, and that could be just enough to guarantee that this is not a-dietarian-dish. This is very serious filling food. I was not sure I could eat them by myself. Oh, no, I think I need a help!
Konro Soup

Sop Konro, a traditional Makassar (South Sulawesi) food, is rich in spice but it’s not spicy in terms of hot, unless you eat it with the accompanying chili, of course. You can ask the waiter for a strictly non-chili version if you’d like. We can choose to eat the soup with rice or ketupat (rice cakes).



Tata Ribs is a more ‘modern’ menu item, being a prided original creation of the Restaurant, but it seemed more popular than the original Sop Konro. I could see that the guests ordered the Tata Rib’s more then they do to Soup Konro. Ribs, the same serving size as the ones in Sop Konro, are boiled marinated, roasted on dry coconut shells and served with a sweet, nutty sauce which tastes like satay sauce. Much soya bean sauce poured, I guessed. The tender meat slips from the bones and the taste could prove to be surprisingly scrumptious even for those who winced at the thought of marinating a rib with a sauce made from nuts. Hmm, slurp. The Soup and the Ribs are served with a small ketupat. Tasty rice in coconut leaves woven, and buras, tasty rice inside banana leaves woven in substitute of nasi. I think I kinda in love with them, so I ordered 4 more for our later snack. Hehehe..
My hubby ordered two portions of Konro, and two portions of Ribs. Huh? Excuse me? Well, I think I need to call 911!! And it seems the 911 crews are ready to help!! My sons with their glittering eyes smiling at me meaningfully. Eating the soup and ribs could be tricky, though, because of their size, and if you are having trouble getting to those tiny yet the most delicious bits do not hesitate to use your hands. Well, it seemed we are going to be a hungry pre-historic man! Luckily, the waitress served us with a sharp steak knife. Hehehe, at least we are not that barbar :P
Other options of food are also available, all in hearty portions, all in various prices.
The drinks are also from Makassar menu. From Es Pisang Ijo (green Banana ice), or Palubutung ice, red bean ice, we ordered the two first drinks. Hmmm, so sweet. They served also milk and red syrup in case we need to sweeten our beverage.
While we were waiting, we realized that more people come and come, and without you realize it, the restaurant was very crowded. No wonder it is lunch hour. Maybe next time we will come during the lunch break.

The price of Tata’s Ribs is Rp. 29.000, the Konro Soup is Rp. 25.000, Es Pisang Ijo and Es Palubutung each Rp.14.000. The snacks @ Rp. 3.000, and the buras and ketupat is Rp. 2.000. So we all spent Rp. 193.000. Well, lucky that my hubby was from duty, and we have rizki. But we were all full! That’s even.

Okay, then. If anybody want to ask me and treat me some Tata’s Rib, I will not refuse. Horray! ;)

Jumat, 10 April 2009

Genmu, menentukan gayamu dalam pemilu, lho

Fowler and Ph.D. candidate Christopher T. Dawes drew on voter-turnout data in Los Angeles. They matched that data to a registry of identical and non-identical twins.
53 percent of the variation in voter turnout is due to differences in genes.
In fact, family upbringing appears to have little effect on how regularly offspring participate in elections. “The other half of the voting behavior was mostly attributable to the unshared environment between the two twins,” Fowler said.
Genes also play a significant role in political participation, including giving money to a campaign, contacting a government official, running for office and attending political rallies, the two researchers found.
“It’s not just the gene that makes you vote, but it has an impact on how susceptible you are to different kinds of environments,” Fowler said. “Depending upon what kind of environment you are in, it is going to activate those tendencies you might have to cause you to participate in politics or not.”

Abbreviated from :http://www.healthday.com/Article.asp?AID=617029